-->

iklan

Tuesday, April 21, 2020

author photo
Doc. Google


Dimensi budaya pada topik yang ditulis penulis, berbicara soal budaya Ucertainty Avoidance atau biasa dikenal "budaya menghindar ketidakpastian",  Dibenak anda apa sih ketidakpastian. Di kehidupan sehari-hari kita budaya Uncertainty Avoidance seperti apa? Seberapa besarkah Uncertainty Avoidance anda? 

Sebuah topik yang menjadi kekuatan untuk kita bisa  beradadptasi budaya di lingkungan tertentu dalam sebuah hubungan kerja ataupun hubungan sosial kita. 

DOC. KITA

Ketidakpastian sendiri memiliki defenisi yaitu parameter pengukuran terkait dengan suatu hasil pengukuran yang mencirikan sesuatu yang belum tentu pasti tapi akan menjadi pasti dengan ukuran tertentu untuk memperoleh pastinya. Sedangkan Budaya menghindari Ketidakpastian adalah tingkat dimana suatu kelompok budaya merasa terancam dengan menghindari situasi yang tidak pasti  atau tidak diketahui (Hofstede & Hofstede, 2005).

Sebuah studi kasus yang diberikan oleh Therry (Pemateri), yuk simak baik - baik !

Mawar dan Hani teman satu penugasan di salah satu kantor swasta. Tiap seksi dibagi 8 orang. Hani dan Mawar merasa jenuh dengan koordinator timnya. Membuat mereka merasa malas berkontribusi dalam kerja tim dan kelompok. Mereka merasa koordinator timnya tidak becus dalam menangani setiap keputusan atau mengambil keputusan yang tidak pasti padahal waktu ketemu untuk rapat sebelumnya sudah memakan waktu yang sangat lama. Mereka merasa koordinator tim sangat lambat dalam memberikan keputusan yang semestinya sudah jauh hari diputuskan.

Mereka pun menyayangkan teman- teman tim yang lain karena cenderung sejalan dengan cara kerja koordinator tim. Menurut koordinator tim hal itu harus dilakukan seperti itu, karena harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi sering kali berubah- berubah.

Dalam kaitannya dengan budaya, kenapa hal ini bisa terjadi. Menurut penulis, Mawar dan Hani belum terbiasa dengan situasi ketidakpastian yang dilakukan oleh Koordinator timnya dimana dalam setiap perencanaan atau pembuatan keputusan selalu berubah-ubah dengan jeda waktu yang sangat lama. Hani dan Mawar memiliki High Uncertainty Avoidance sehingga mereka menginginkan sesuatu yang pasti pada saat itu juga . 

Sebenarnya alasan Tim koordinator melakukan ini agar supaya bisa menyesuaikan kondisi tertentu. Banyak teman-teman anggota tim lainnya sejalan dengan cara kerja Koordinator tim. Mereka yang terbiasa dengan budaya yang tidak pasti sebenarnya berusaha pasti bahkan merasa biasa saja dengan ketidakpastian tersebut. Mengerjakan sesuatu yang tidak pasti misalnya.

Doc.zoom


Contoh lainnya Saya bekerja di salah satu media berita online di Makassar yang bertugas untuk mengedit naskah berita, selain mengedit berita saya biasanya juga melakukan report jurnalis dengan beberapa event atau beberapa orang yang ingin diberitakan. Bagi saya tugas editor tidak berkutat pada mengedit saja tapi suatu ketika ada teman jurnalis yang tidak sempat meliput dikarenakan beberapa hal bisa saja kita yang menggantikan atau kita sendiri yang menemukan fenomena kejadian unik. Begitupula Pimpinan Redaksi di Media tersebut juga melakukan hal yang sama. Itu sudah menjadi hal yang wajar.

Kedua, Saya diperhadapkan dua pilihan  untuk mengikuti suatu kegiatan seminar yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Keduanya ini sangat Saya butuhkan namun Saya memilih mana yang pasti tanpa harus memilih keduanya tapi melihat kembali mana yang lebih tepat dan konsekuensi yang Saya dapatkan apa. Ketika Saya sudah menemukan titik temunya akhirnya saya lebih memilih yang kedua bila dibandingkan yang pertama. Padahal sebelumnya Saya sudah memutuskan untuk hadir.

Contoh lainnya, pada pelaksanaan event-event di Makassar selalu melaksanakan tidak sesuai waktu yang tepat dikarenakan pihak EO ini agar acaranya di datangi banyak orang, budaya ngaret saat mendatangi acaranya. Itu yang sudah dipikirkan oleh EO makanya acaranya selalu tidak tepat waktu.

Untuk kasus yang berikutnya bagi mereka yang memiliki Uncertainty Avoidance yang tinggi mereka selalu mengerjakan segala sesuatunya sesuai deadline atau target yang telah disepakati bersama. Sehingga bagi mereka menunda-nunda pekerjaan adalah hal yang menjadi masalah besar bagi mereka sehingga mereka mudah mengambil banyak tugas dan cenderung cemas dan stress. Benar tidak anda seperti itu ?


Uncertainty Avoidance yang tinggi mereka yang memiliki dedikasi jam kerja yang tinggi untuk dapat menyelesaikan tugas dari tim project agar semua pekerjaan tidak terbengkalai begitu saja. Banyaknya pikiran menyebabkan cemas dan stress tadi perlunya ia harus bisa melakukan hal yang harus bisa dia lakukan. Menyeleksinya untuk suatu pekerjaan yang penting dan tidak memikirkan. Segala sesuatunya yang membuat mereka yang Uncertainty Avoidance yang tinggi ini stress dan merasa ada yang salah dan selalu melakukan perbaikan - perbaikan. Terapi mengatasi stress sih sebenarnya. Ketika mereka tidak melakukan aktifitas seperti biasanya semisal Naomi di masa Pandemik ia sering melakukan aktifitas untuk menggerakkan fisiknya bekerja, dalam arti melakukan pekerjaan rumah. Baginya ada sesuatu yang aneh kalau tidak melakukan aktifitas apapun ditengah Pandemik ini. Patut ditiru. 

Dark gambaran diatas, penulis akan membedakan Low Uncertainty Avoidance dengan High Uncertainty Avoidance melalui kaca mata Dimensi Budaya, Hofstede. 


Di Indonesia sendiri tingkat Uncertainty Avoidance sangat rendah dengan peringkat 48 di dunia dari avoiding Uncertainty (Hofstede 1997). Di susul USA, India, Philippines, Singapore paling rendah Uncertainty Avoidancenya. 

Doc.KITA

Perbedaan mendasar dari kedua inilah maka bisa kita simak, untuk low Uncertainty Avoidance 

  1. Mudah relaks dan kurang mengalami stress
  2. Kerja keras bukanlah hal yang utama atau bukan dorongan dalam diri
  3. Emosional tidak dinampakkan
  4. Konflik dan persaingan bukanlah menjadi ancaman
  5. Menerima perbedaan pendapat
  6. Berani mengambil resiko
  7. Sedikit membutuhkan Aturan
  8. Perbedaan bukanlah menjadi hal yang berbahaya.


Sedangkan Hight Uncertainty Avoidance 

  1. Cenderung khawatir dan mudah stress
  2. Dorongan dari dalam diri untuk bekerja keras
  3. Menunjukkan perasaan emosionalnya
  4. Konflik menjadi suatu ancaman
  5. Membutuhkan kesepakatan dan mufakat
  6. Ingin menghindari kegagalan
  7. Membutuhkan hukum dan aturan
  8. Perbedaan adalah hal yang berbahaya 


Penulis mengambil sebuah analogi dari Syamsul ( member diskusi advance class) dengan teori fisika yang ia ketahui. 

Tekanan dalam kehidupam kita bisa dijelaskan dalam tekanan pada benda padat.

Secara fisika, rumus dari Stress(Tekanan)=F(Gaya)/A(Luasan)

Tekanan berbanding lurus dengan Gaya, dan berbanding terbalik dengan Luasan.

Apa kalian punya teman yang punya banyak gaya, sebenarnya mereka itu punya banyak tekanan.

Berdasarkan rumus tekanan tadi, terlihat kalau tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan. Maksudnya apa yah?

Artinya, semakin kecil luas permukaannya, maka tekanannya akan semakin besar.

Logika sederhanya gini, sekarang lagi mewabah covid-19 di mana kita lebih sering tinggal rebahan di kamar, yang tempatnya kecil, sehingga tekanan nya akan jauh lebih besar. Olehnya itu, perbanyaklah keluar dari kamar, pergi ke halaman rumah, atau ke kebun, cari tempat yang luas agar kalian tidak stress,

bukan kah ke gunung, ke laut, danau, perasaan kalian lebih tenang? apalagi sambil teriak mengatakan "aaaaaaaa".
Jawabanna, karna luas permukaannya besar, shingga mengurangi stress yang kalian alami


Bukti lain rumus tekanan ini adalah sewaktu kalian mencubit teman yang yang menjengkelkan. Coba, deh, kamu cubit temanmu dengan tangan yang mengapit kecil. Bandingkan dengan cubitan dengan tangan lebar. Pasti hasilnya lebih pedas yang kecil, karena luas permukaannya kecil.

Budaya ini bisa kita lihat pada Leadership seseorang misalnya Pada presiden Kita yang sekarang, Bapak Jokowi selalu cepat memberikan kebijakan sedangkan ia tidak melihat resiko- resiko yang ada terkadang ada perbaikan-perbaikan yang ia lakukan tanpa berpikir panjang. Namun hal ini harus dimaklumi, setiap pemimpin memiliki kemampuan yang berbeda- beda.

Kesimpulannya, budaya Uncertainty Avoidance adalah budaya menghindari ketidakpastian dan cenderung mengambil banyak hal yang dilakukan tanpa berpikir panjang sehingga mereka mudah stress, sisi baiknya mereka dapat melakukan sesuai target dan pencapaian yang baik. Sedangkan mereka yang Low Uncertainty Avoidance memilih untuk menikmati resiko yang ada, berpikir panjang dan menyesuaikan kondisi. Bagi mereka perubahan akan terjadi dan menuntut kita untuk bisa berubah pada keadaan itu. Cenderung lebih rileks yang kadang lupa mengerjakan sesuatu sesuai deadline, menunda pekerjaan, memilih mana yang menurut mereka penting. namun mendapatkan suatu keputusan yang terbaik dari apa yang mereka putuskan.

Kedua budaya ini kalau disesuaikan maka kita dapat menghargai, memahami, mengerti maka akan terwujudnya penyesuaian budaya yang indah. Kesadaran adalah hal yang utama untuk bisa menyesuaikan kedua budaya tersebut. 




your advertise here

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement

Themeindie.com