-->

iklan

Friday, April 10, 2020

author photo
Doc.KITA



Kemarin beberapa teman-teman Kita Bhinneka mengadakan sebuah film perdamaian. Film ini disutradarai oleh Chairun Nisa digawangi salah satu aktor tanah air, siapa lagi kalau bukan Nicholas Saputra dan Mandy Marahimin di produksi oleh Tanakhir Films. Film semesta merupakan film dokumenter, bercerita tentang mereka pegiat merawat bumi dari kerusakan alam yang terjadi saat ini. Film ini dirilis pada 31 Januari tayang di bioskop di Jakarta. Tayang di Makassar dan Medan pada 20 Februari kemarin.



Bagaimana tidak, film ini benar-benar membuat penulis tertarik menontonnya. Kali ini penulis akan mereview film Semesta dari Value perdamaian.

Film semesta merupakan film yang mengangkat kearifan lokal di 7 provinsi dan 7  orang yang melakukan usaha untuk menjaga bumi dari kerusakan sesuai iman, agama dan kepercayaan tradisional masing-masing. Film ini sangat ringan ditonton, variasi cerita dalam film ini mampu mempengaruhi emosi penonton dan mudah dipahami.


Konflik kerusakan alam merupakan masalah ketidakdamaian yang positif merujuk ecological Violence (kekerasan  lingkungan) seperti pencemaran lingkungan, kerusakan hutan, banjir, tanah longsor dan  pemanasan global (Global warming).


Film ini hampir memakan waktu 1,5 jam pada tayangan. Tampilan slide dan gambar diambil begitu apik tanpa banyak efek. Bisa dibilang natural. Cerita yang begitu mengalir hingga plotnya atau klimaks happy ending.


Siapapun pasti akan betah menyaksikan film ini, tanpa banyak basa-basi, setiap pengambilan adegan, teks atau caption yang memberikan keterangan pada tiap fokus pada objek atau isu yang diangkat. data pada film ini menurut penulis sangat detail dan butuh kerja keras, kefokusan, ketelitian dalam penggarapan film ini.



Kaitannya film ini dengan Value Perdamaian yang ditulis oleh penulis.

Dimulai dari Tjokorda Kertayasa seorang pemuka agama Hindu di Bali bagaimana ritual Nyepi memberikan manusia menyatu dengan alam, mengingatkan sebagian kehidupan manusia ada pada alam. Ada adegan dimana seorang wisatawan asal Ukraina mencoba untuk menuju suatu tempat, kemudian pak Tjokorda meminta turis tersebut untuk tidak mencapai ketempat tersebut lantaran tempat tersebut dianggap suci. Nilai toleransi beragama yang ditangkap penulis bahwa seorang wisatawan asal Ukraina tersebut mengikuti apa yang disampaikan oleh tokoh agama Hindu tersebut. Sepenggal dari situ, Pak Tjokorda melakukan ritual bersemedi untuk menenangkan pikiran, menyatu dengan alam sekitar, terdapat pepohonan dan tumbuhan lainnya.



Suku Dayak Iban dimana suku ini mendiami dusun sungai utik yang ada di Kalimantan Barat. Suku ini menceritakan tentang bagaimana mereka dapat bertahan hidup dengan memanajemen diri mereka dengan hutan. Apay salah satu tokoh Adat disana mengatakan bahwa bagi siapa yang mendiami dusun tersebut maka ialah pemilik wilayah itu. Dalam hal berburu mereka dianjurkan berburu babi, Rusa dan kancil untuk keperluan sehari-hari, sedangkan untuk menebang hutan harus ada musyawarah dan mufakat dalam kaitannya budaya bermusyawarah tanpa ada sisi yang saling merugikan yaitu hutan yang mereka jaga. Upacara tersebut tentunya dilakukan ritual terlebih dahulu agar dewa selalu menjaga tempat tinggal mereka dan tentunya alam tersebut tetap dijaga. Penulis menangkap poin penting yaitu budaya saling menghargai, sikap yang saling  mengingatkan.

YouTube courtesy


Berlanjut pada fisika sains. Bagi kalian bergelut pada dunia fisika tentu ilmu ini tidak terlepas dari keyakinan manapun. Gaya gravitasi, hukum paskal, massa dan kalor. Romo Marselnus Hasan (tokoh agama Katolik) di Bea Muring, Manggarai NTT. Ajaran gereja tentang menjaga lingkungan hidup. Bumi kita sudah mengalami perubahan. Bencana banjir membuat kita semua merasa tidak mendapatkan penerangan. Sosok yang menggerakkan masyarakat desa untuk membangun pltmh desa Muring. Keberpihakan menjaga lingkungan alam kita. Sosok ini mampu menggerakkan masyarakat pedalaman untuk bergotong royong membangun PLTMH yang sempat terkena dampak banjir. Iya yakini bahwa bencana banjir adalah perubahan alam akibat ulah manusia itu sendiri. Namun dalam dimensi Kepemimpinan Romo Marselnus mengajarkan dimensi Gaining commitmen, iniciating, dan Build Positif work Relationship. Sehingga adanya pembangkit listrik tenaga hidro yang tak hanya pembangkit ramah lingkungan tapi pemerataan arus listrik untuk warga pedalaman di Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Berlanjut bagian timur Indonesia. Awal mulanya penulis mengira sutradara menggambarkan kondisi saat terumbu karang di raja Ampat rusak oleh salah satu kapal Asing, melainkan para perempuan tangguh yang menyelami lautan ditambah cuaca yang kurang bersahabat namun ada sesosok perempuan memanggil perempuan lainnya untuk kembali ke daratan. Penulis memanggil mama-mama tangguh dari kapatcol, Papua Barat. Mama-mama Papua ini membuat Sasi di pesisir desanya untuk menjamin kesejahteraan hidup dan regenerasi ekosistem biota lautnya. Mama-mama  ini adalah kelompok jemaat gereja Liem dimana setiap sisi yang dipasang papan Sasi para mama-mama ini melakukan ritual keagamaan mereka. Sasi sendiri memiliki arti perintah larangan untuk mengambil hasil alam, baik hasil pertanian maupun hasil kelautan sebelum waktu yang ditentukan oleh wilayah adat tersebut.


Aktifitas para mama- mama ini mereka menyelam untuk mengambil kekayaan laut setelah papan Sasi dicabut. Namun tidak semua dari hasil tangkapan mereka diambil sepenuhnya. Mama-mama ini mengembalikannya di laut, melakukan pengukuran kerang laut, lobster dan tripang. Pada slidenya kerjasama mama- mama ini sangat kuat, namun ada kekecewaan mereka terhadap oknum yang tidak bertanggung jawab mengambil kekayaan alam laut mereka bahkan merusak ekosistem lautnya. Data menunjukan hanya 7% wilayah laut Indonesia yang dilindungi.

YouTube courtesy


Beralih ke ujung barat pulau Sumatera. Masyarakat Pameu Aceh memilih berdamai dengan alam ketika gajah-gajah liar merusak panen warga. Disini seorang pemuka agama Islam di Pameu mengajak masyarakat untuk tidak menyalahkan gajah tersebut melainkan introspeksi diri terhadap apa yang sudah dilakukan terhadap alam tersebut. Bapak M. Yusuf mengatakan bahwa, hewan tidak memiliki akal sedangkan manusia memiliki akal. 

Dalam gerak jiwa manusia logisticon membantu kita untuk bertindak sesuai antara baik, buruk, benar maupun salah. Critical thinking perlu diasah agar mahluk manusia melakukan apa yang seharusnya. Lalainya manusia terhadap alam hingga kita mendapat bencana setimpal dari yang kuasa. Pada cerita tersebut  tokoh agama tersebut melakukan doa untuk menolak bala berdasarkan syariat dan bacaan tuntunan Rasulullah Saw agar bencana tersebut tidak terulang kembali. Maka bacalah surah Ar-Rum ayat 41.

YouTube courtesy


Imogiri, Yogyakarta. Tempat yang begitu indah di bagian , asri, dan indah. Sebuah perspektif baru gaya hidup seorang Thayyib. Nama Thayyib berarti baik dan mulia. Tokoh ini mengajarkan praktik sunah Rasulullah SAW tentang bagaimana kita merawat diri kita sendiri. Bagaimana kita hidup dengan cara yang tradisional, bercocok tanam, mengkonsumsi  makanan yang baik dan sehat. Keluarga pak Thayyib adalah keluarga yang vegetarian, segala sesuatunya berbau alam. Saat istrinya berbelanja di pasar ia tidak menggunakan kantong plastik melainkan kantong dari daun pisang dan keranjang belanja tradisional. Dari situ isteri pak Thayyib mendemonstrasikan untuk tidak menggunakan bahan hasil eksploitasi tambang atau dari plastik. Apa yang telah dikatakan pak Thayyib bahwa segala penemuan- penemuan yang kita pakai saat ini ialah hasil dari eksplorasi manusia, dari eksplorasi menjadi eksploitasi sehingga mendzalimi alam itu sendiri. 

Dampaknya kerusakan lingkungan dan bahan kimia berbahaya. Pak Thayyib mengajarkan kita untuk tidak berperilaku dan bersikap berlebih-lebihan atas apa yang telah Allah berikan pada umatnya. Bapak Thayyib mengajarkan permakultur (budaya pertanian yang berkelanjutan atau budaya ekosistem alam). Bagaimana Islam menjadi rahmatan Lil Alamin kalau kita sendiri tidak menjadi Rahmat bagi diri kita sendiri dan alam.

Ketujuh adalah, cerita sebuah keluarga kecil yang hidup dengan kebisingan kota, kemacetan, bangunan yang menjulang, lahan yang sempit, kurangnya penghijauan. namun ternyata disudut kota Jakarta ada sebuah tempat dimana sebagiannya penuh dengan tanaman hijau siap dikonsumsi atau orang memanggilnya kebun. Kebun ini dibuat oleh sepasang suami isteri yang sebelumnya bekerja pada sebuah perusahaan akhirnya memilih mendirikan komunitas berkebun dan mengajak banyak orang untuk belajar berkebun ditengah megahnya bangunan kota yang berimplikasi pada efek rumah kaca. Mereka memperlihatkan cara sederhana bercocok tanam untuk meminimalisir dampak kerusakan lingkungan. Menjadi masyarakat urban tak semestinya terputus dengan alam.


Mereka mengajarkan tentang bagaimana hidup selalu bersyukur tanpa berlebih-lebihan. Toleransi dengan alam itu sendiri.
Dari cerita Film Semesta ini membuka mindset kita bagaimana kita hidup di era 4.0 serba teknologi canggih untuk kembali hidup pada cara-cara yang tradisional. Mereka mengajarkan tentang bagaimana hidup selalu bersyukur tanpa berlebih-lebihan. Toleransi dengan alam itu sendiri. Ternyata beberapa poin yang diambil penulis, cara mudah mendekatkan manusia dengan alam sekitar lewat sisi spiritual atau ajaran agama dan kepercayaan masing-masing.

Ketika manusia diperhadapkan dengan musibah maka ia harus menerima dengan menggunakan Rumus ERO, seberapa besar bencana terjadi, seberapa besar ia menyikapinya dan dampak yang didapat. Maksudnya jika terjadi bencana alam tanah longsor maka yang dilakukan kita adalah untuk tidak merusak hutan dan menjaga dari kerusakan alam itu sendiri. Semua elemen masyarakat perlu menyadarinya apalagi kehidupan masyarakat di Makassar.

Sebenarnya berbicara soal krisis alam dan masalah perubahan iklim memberikan impact sangat serius jika ada ruang-ruang untuk bertindak secara nyata. Siapapun berhak merawat bumi.

Ada pernyataan Therry Al-Ghifari (pegiat perdamaian) kita hidup di sebuah toilet besar dimana kehidupan budaya yang ada dapat mempengaruhi kesadaran kita akan. Makanya misi menemukan kita ialah ketika kita telah menyadari untuk bertindak seharusnya pada diri kita maka bertindaklah untuk orang lain maka cirle itu pula yang akan terus ada dalam misi merawat bumi.


Salah satu kutipan dari seorang Socrates "Philosophy of peace and conflict resolution" the only true wisdom is in knowing you know nothing".
Untuk harapannya dari film Semesta ini agar tidak hanya sekedar film dokumenter semata, melainkan ruang informasi tentang krisis alam dan lingkungan melainkan toleransi dalam setiap aspek agar bumi kita tetap terawat. Satu lagi harapannya semoga ada season duanya.







your advertise here

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement

Themeindie.com