-->

iklan

Tuesday, October 22, 2019

author photo




Beberapa akhir-akhir ini Indonesia terselubung oleh berbagai konflik yang kian hari kian berat ditanggung. Konflik yang paling horizontal sampai kontroversi beredar diliput media bahkan secanggih sosial media pun turut meramaikan bahkan membiaskan masalah terjadi.


Panasnya perpolitikan di Indonesia membuat kita sebagai rakyat Indonesia merasakan dampak yang sangat serius dari akibat politik praktis tersebut dimana penyebaran informasi palsu atau hoaks, antar kubu saling memanasi, lagi-lagi ingin berebut kekuasaan memancing kita untuk saling perang, ya kalau bukan antar warga, ya keluarga dalam selimut pun bisa menjadi penyebab kekacauan terus terjadi. Lalu apa yang harus kita lakukan?


Hakuna Matata, sekilas seperti bahasa Makassar tapi ini bukan kata bahasa Makassar, tetapi ini bahasa Afrika. Mungkin teman-teman sudah pernah menonton gak film animasi karya Walt Disney? Ya bagi kalian yang lahir era 2000- an pastinya dong tahu film ini yang sering ditayangkan di RCTI tiap hari Minggu tapi sekarang gak ada kan. Sering mendengar kalimat Hakuna Matata dalam adegan sebuah film animasi dan tahun ini filmnya dalam bentuk action non animasi. Teman-teman pasti penasaran film apa sih? Aku kasih bocoran judul filmnya LION, mengisahkan petualangan seorang anak singa, simba yang ingin menjadi raja hutan. Berbagai petualangan yang ia lakukan selalu ada hambatan-hambatan alias konflik menjadikan ia seoarang Raja hutan. Okay kita tidak banyak bicara soal film ini, kita kembali pada Hakuna Matata.


Hakuna matata sendiri memiliki arti dan maknanya yaitu jangan khawatir, Why? Sekilas kata yang sering ditanyakan kak Therry untuk memulai diskusi dalam Peace Leadership class kita. Nyantol dipikiran saya ternyata materi ini sangat related banget dengan konflik yang terjadi akhir-akhir ini. Kita bisa menjelaskan bagaimana akar masalah yang terjadi dalam diri seseorang. Kita diharuskan memakai Rumus ini nih, eits bukan rumus matematika, Fisika, atau kimianya hehehe, Rumus ini dipakai bagaimana kita menanggapi setiap konflik yang terjadi disekitar kita ataupun mencegah konflik itu terjadi rumus ERO yaitu E + R = O artinya E = Event, R = Respon dan O= outcomes. Nah udah tahukan rumusnya makanya teman-teman KITA Bhinneka Tunggal Ika  (agen perdamaian) selalu gunakan rumus ini kalau ada konflik yang terjadi tak kita ketahui. Ilmu inilah membuat saya sadar dan menyadari untuk menerima diri, sikap saya atas konflik yang terjadi, cara menyelesaikannya sehingga terciptalah perdamaian. Saya akan mengungkapkan kasus-kasus atau hal yang menurut saya sangat berat di negeri kita tercinta ini.


Demo mahasiswa, pasal karet, Revisi Uu hingga kematian Mahasiswa

Kebijakan pemerintah telah membuat sebagian orang merasa keberatan atas kebijakan tersebut tidak sesuai dengan hak asasi manusia, adanya kekhawatiran rezim sehingga ingin seenaknya menyetujui pasal-pasal karet, KPK dilemahkan sehingga membuat mahasiswa dan masyarakat geram dan berujung turun aksi.


Demonstrasi menolak RUU KUHP dan UU KPK, pembatasan akses informasi di Papua dan regulasi  BPJS Kesehatan yang baru, sebelumnya berlangsung ricuh tepatnya pada tanggal 24- September- 2019. Massa aksi yang merupakan mahasiswa tampak menjebol pagar gedung DPR menurut pemberitaan di media hingga terjadi ricuh yang dilakukan oleh kedua pihak baik aparat keamanan maupun mahasiswa itu sendiri. Padahal tuntutan yang disampaikan sangat tidak sesuai dengan kemampuan batas dan nurani rakyat Indonesia. Apa dayalah kita bukan penguasa. Polemik ini membuat masyarakat Indonesia tahu hingga sampai saat ini aksi terus terjadi. Hasilnya telah dilantik ketua DPR RI, UU KPK telah disahkan, yang ada hanyalah kekecewaan, duka yang mendalam bagi korban demontrasi dan meninggal. RIP buat Akbar Alamsyah. Sempat saya berdiskusi dengan beberapa teman hebat selama saya ikut berkegiatan di pulau Badi. Ternyata banyak pasal yang kadang orang bahkan  saya sendiri tidak tahu memahami isi dan penjelasan dari pasal tersebut nyatanya ada penjelasan yang masuk akal dari pasal tersebut sampai terbersit kalimat " tidak semua ahli hukum banyak membaca kitab aturan tersebut atau mengingat kembali isi tersebut. Kembali lagi kurangnya minat baca orang Indonesia masih sangat rendah. Sepotong caption atau penggalan kata bisa dijadikan meme bahkan orang yang tak tersentuh informasi yang lengkap menganggap itu sebuah kebenaran. Hadeuhh, tapi balik lagi nyatanya itu sebuah pengalihan agar menutupi kebijakan penguasa yang lain. Sangat penting menggunakan analitical thinking kita ya !


Pembantaian di Wamena dan kasus Rasisme di Papua

Konflik kedua menurut saya sangat getol dibahas ialah Rasisme. Mungkin pembaca belum tahu apa itu rasisme. Rasisme menurut Wikipedia adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya. Kronologisnya bermula dari perkataan SA merupakan salah satu oknum yang diduga melontarkan penghinaan terhadap penghuni Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Surabaya, beberapa waktu lalu. Aksi SA tersebut direkam oleh kamera hingga tersebar luas di media sosial. Menyebabkan terjadinya kerusuhan di Manokwari Papua dan Sorong di Papua barat menyebabkan terjadinya kerusakan fasilitas umum, asrama dan korban hingga berimbas penyerangan di asrama Papua. Hanya kata-kata dapat membuat seseorang ataupun kelompok bisa saling perang. Setelah satu bulan masalah itu redam tiba-tiba pada 23 September 2019 terjadi lagi kasus pembantaian orang Wamena terhadap para perantau dari berbagai suku Indonesia yang sudah menetap lama bahkan mencari kehidupan di wamena. Korban pembantaian dirasakan oleh warga suku Jawa, Sulsel, NTT, dan Sumatera barat membuat mereka kehilangan tempat tinggal, keluarga, dan nyawa mereka sendiri. Ini sudah tergolong rasisme. Kericuhan ini diduga adanya dukungan dari OPM (Organisasi Papua Merdeka) dimana mereka menginginkan Papua merdeka. ada juga warga Papua lainnya yang turut melindungi warga pendatang agar tidak ada korban yang lebih banyak.


Telah tercatat sebanyak 33 korban meninggal dunia, sisanya luka, mengalami traumatis berat akibat pembantaian yang keji itu. Kemarin saya dan teman-teman Relawan peduli pengungsi Wamena memberikan bantuan baik secara moril maupun materi kepada korban yang pulang kembali ke kampung asalnya lantaran mereka khawatir bakal ada pembantaian lagi karena menurut cerita mereka di sana masih kurang aman, masih terjadi penjarahan dan lain-lain. Sebenarnya yang melakukan ini ialah warga Wamena yag tinggal di gunung dan punya agenda OPM untuk merdeka dan penyebab lain ialah kecemburuan sosial, etnis dll. Padahal kita satu Indonesia loh. Pembatasan akses informasi membuat warga netizen geram terhadap pemerintah dan juga pemberitaan di tv masih terbatas.  semoga para korban diberi ketabahan dan kesabaran atas konflik ini.


Doktrinan Joker, upaya pengendalian pikiran anak Muda Indonesia

google.doc


Baru-baru ini netizen dikagetkan dengan ungkapan seorang Joker, tokoh antagonis paling fenomenal dalam setiap serial film Batman. Film Joker ini besutan sutradara Warner Bros yang juga ingin mengisahkan asal-muasal Kenapa Joker bisa menjadi tokoh antagonis. Dikisahkan seorang pemuda yang bernama Arthur awalnya ia hanyalah seorang pemuda biasa, ceria, dan penyayang berubah jadi jahat lantaran ia sering disakiti oleh warga kota Gotham city serta bernasib sial yang tiada hari datang menghampiri. Seketika teman dekatnya Rendal memberikan senjata pistol untuk menjaga  diri Arthur dari kekejaman warga Gotham city yang mengusik keberadaan Arthur ini hingga Arthur melakukan pembunuhan keji termasuk ibunya sendiri ia bunuh setelah ia mengetahui dirinya adalah anak angkat. Lelucon yang ia dapatkan membuat ia semakin menggila melakukan tindak kriminal.


Film ini menuai kontroversi sebagian orang ada yang pro dan kontra dari penanyangan. Alasannya sangat krusial lantaran film ini mempromosikan kekerasan bahkan dapat menginspirasi penembakan massal. Lebih parah kalau ditonton sama anak remaja yang masih berusia 17 bahkan 19 tahun pun belum pantas menonton film ini. Usia seperti ini pasti mencari jati dirinya ataupun yang mengalami Bullyan dikhawatirkan meniru karakter tokoh Joker ini. Bisa-bisa pikiran anak muda Indonesia bisa gak damai dong. Makanya menurut saya film ini toxic bagi anak usia yang disebutkan tadi. Warner Bros suka kali ya membuat film yang mengundang efek balas dendam. Saya ingat betul bagaimana peristiwa penembakan di Amerika serikat  sesaat orang menonton film The Dark Knight Rise. Film memiliki daya persuasif yang sangat tinggi sehingga kita harus bijak menyikapinya.


Solusi dari beberapa kasus di atas versi saya bahwa cara yang dapat kita lakukan adalah tidak membesar-besarkan masalah, menghargai setiap perbedaan baik itu suku, agama dan ras, jangan pernah merasa sendiri, menerima setiap pendapat individu, tanamlah sikap peace Love dan tebarlah kasih dan sayangmu. Untuk hikmah dari film Joker agar tidak salah mengambil contoh film itu sebenarnya kita diajarkan untuk sabar menghadapi ujian hidup walaupun kita mendapatkan bullyan semestinya dengan cara kita meninggkatkan kualitas diri bukan malah balas dendam kan gak baik. Konflik diatasi dengan konflik maka akan semakin banyak konflik. Pahami dulu akar penyebabnya barulah bertindak. Hakuna Matata sangatlah membantu kita.

#Agent Of Peace #unityIndiversity







your advertise here

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement

Themeindie.com